Pages

Monday 15 December 2014

Keajaiban ASI

Keajaiban ASI

Kerja Hormon Prolaktin dan Oksitosin
Kebutuhan gizi bayi yang baru lahir sangat berbeda dengan orang dewasa. Karena sistem kekebalan bayi lemah daripada orang dewasa, diperlukan dukungan dari luar. Gizi ideal untuk memenuhi semua kebutuhan bayi yang baru lahir adalah ASI. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI jauh lebih sehat dan tubuh mereka terbentuk lebih sempurna.7

Keajaiban lain ASI adalah bahwa susu ini mengubah susunannya sesuai dengan perubahan kebutuhan bayi di setiap tahap perkembangannya. Produsen raksasa makanan bayi telah membelanjakan jutaan dolar bagi penelitian yang mencoba menentukan campuran ideal bahan-bahan untuk pertumbuhan sehat bayi. Sejauh ini, mereka belum berhasil menemukan campuran yang sempurna, namun telah mengetahui bahwa khusus diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bayi di setiap tahap perkembangannya. Di dalam laboratorium-laboratorium yang dilengkapi dengan teknologi termutakhir, banyak upaya telah dilakukan untuk menghasilkan makanan bayi buatan yang mirip dengan susu ibu, namun belum ada gizi buatan dikembangkan untuk menggantikannya.

Inilah keajaiban yang sesungguhnya. Beberapa sel dalam payudara ibu menghitung semua kebutuhan bayi yang baru lahir dari luar; yaitu, kebutuhan yang belum pernah dilihat atau ditemuinya. Kemudian menghasilkan apa yang belum pernah berhasil dibuat oleh para ilmuwan di laboratorium — ASI dengan campuran gizi yang sempurna. Namun, sel-sel yang membentuk kelenjar susu dalam payudara ibu, sebagaimana sel-sel lainnya, tidak sadar, tanpa kecerdasan; tetapi mampu memperkirakan rumus yang dibutuhkan untuk menghasilkannya.

Bagaimanakah produksi ASI dimulai dan dikendalikan? Sejumlah keajaiban penciptaan tersembunyi dalam jawaban atas pertanyaan ini. Dalam produksi susu, sistem hormonal dan sistem syaraf bekerja bersama dan produksi terjadi setelah perencanaan yang berdasarkan pertukaran informasi

Hormon yang mengaktifkan kelenjar susu dalam payudara ibu, sebagaimana dikemukakan, adalah hormon prolaktin yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari. Pada masa-masa awal kehamilan, faktor-faktor tertentu menekan pelepasan prolaktin. Faktor-faktor itu seperti kaki yang menekan rem sebuah mobil yang menuruni bukit. Mobil cenderung menuruni bukit, namun saat remnya diinjak, mobil tak dapat bergerak. Produksi susu dalam tubuh ibu terhenti.

Menghentikan produksi prolaktin sangat penting, sebab saat bayi belum lahir, produksi susu ibu tak dibutuhkan. Bagaimanakah rem ini bekerja, dan bagaimana pelepasan dicegah di awal? Inilah keajaiban rancangan yang sesungguhnya. Hipotalamus dalam otak melepaskan sebuah hormon yang mencegah produksi prolaktin. Hormon ini, dikenal sebagai PIH (Prolactin Inhibiting Hormon — hormon penekan prolaktin), memperlambat produksi prolaktin atau, dengan kata lain, menjadi rem.

Siapakah yang memutuskan untuk menggunakan rem? Estrogen, sebuah hormon yang dihasilkan semasa kehamilan, memastikan bahwa rem digunakan dengan memproduksi PIH. Saat bayi dilahirkan, jumlah estrogen yang dilepaskan berkurang, yang berarti juga mengurangi jumlah PIH. Ini bagaikan kaki yang perlahan-lahan melepaskan rem dan lalu mobil bergerak menuruni bukit. Dengan cara ini, produksi prolaktin perlahan-lahan dimulai dan mengaktifkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu.

Di sinilah kita melihat keajaiban penciptaan yang sesungguhnya. Karena rancangan seperti inilah, produksi susu dicegah di bulan-bulan pertama kehamilan. Pikirkan secara seksama keseluruhan sistem ini:

1.                       Dari mana sel-sel kelenjar pituitari yang menghasilkan prolaktin mengetahui tentang kelenjar susu? Dengan kecerdasan sadar apa sel-sel dapat memberikan perintah kepada sel-sel penghasil susu agar membuat susu?
2.                       Bagaimanakah hormon-hormon yang mencegah produksi prolaktin sebelum persalinan mengetahui bahwa saatnya belum tiba untuk menghasilkan susu?
3.                       Bagaimanakah hormon-hormon ini mengetahui bahwa prolaktin menyebabkan produksi susu dan bahwa, untuk mencegah produksi susu, produksi prolaktin harus ditekan?

Masih juga, sebuah sistem lain merangsang produksi ASI pada saat yang tepat; sistem ini menjadi bukti yang memperlihatkan bagaimana tubuh manusia diciptakan dengan sengaja.

Saat bayi mengisap susu, sel-sel syaraf di payudara ibu mengirim rangsangan syaraf ke hipotalamus. Rangsangan ini mempengaruhi dan memastikan hipotalamus agar membuang rem bagi prolaktin. Lewat cara ini, produksi prolaktin meningkat dan kelenjar susu dirangsang agar menghasilkan susu

Sejak persalinan, reseptor tertentu dirancang di payudara ibu untuk mengenali refleks isapan bayi. Indra reseptor ini terhubung lewat jalur-jalur neuron — mirip kabel-kabel listrik di sebuah bangunan — ke organ lain yang jauh, yaitu, daerah hipotalamus di dalam otak. Jadi, sebuah sistem khusus telah diciptakan untuk mengabari hipotalamus bahwa refleks isapan bayi telah bekerja. Namun, dari tak terhitung kemungkinan di dalam tubuh manusia yang terdiri dari daging dan tulang, isyarat-isyarat syaraf ini bergerak ke arah yang tepat. Isyarat-isyarat tak terhubung secara kebetulan ke pusat penglihatan di otak, lambung, atau usus; isyarat-isyarat ini terhubung ke tempat yang benar-benar tepat: hipotalamus.

Saat menerima isyarat-isyarat listrik itu, sel-sel hipotalamus memulai pekerjaan yang dibutuhkan demi menghasilkan ASI. Namun, sel-sel ini tak berkecerdasan atau kesadaran sendiri. Sel-sel ini tak mungkin mengetahui bahwa isyarat-isyarat itu datang dari payudara ibu atau bahwa sel-sel ini telah dikabari tentang refleks isapan bayi dan, oleh karena itu, bahwa ASI harus dilepaskan; sel-sel ini tak mungkin mengetahui bahwa sebuah fungsi penting dalam produksi ASI telah diserahkan kepada sel-sel ini, atau bahwa sel-sel ini harus meningkatkan produksi prolaktin untuk mengaktifkan kelenjar susu. Jadi, apakah yang menyebabkan sel-sel tak sadar ini terlibat kegiatan tak sadar ini?

Siapakah yang meletakkan reseptor dalam payudara ibu?
Siapakah yang menyediakan kabel untuk membawa isyarat-isyarat yang dikirim oleh reseptor-reseptor itu?
Siapakah yang melekatkan ujung-ujung kabel itu ke hipotalamus?
Siapakah yang mengajari sel-sel hipotalamus agar merangsang kelenjar pituitari saat isyarat-isyarat tersebut datang?
Siapakah yang menuliskan rumus untuk mengaktifkan kelenjar susu di dalam sel-sel penyusun kelenjar pituitari?
Siapakah yang menciptakan sistem peredaran untuk memastikan bahwa hormon ini mencapai payudara ibu dari kelenjar pituitari di dalam otak?
Siapakah yang menciptakan sel-sel payudara sedemikian sehingga bekerja saat hormon tiba?
Siapakah yang mengajarkan sel-sel payudara rumus unik ASI, sebuah rumus yang bahkan para ilmuwan belum dapat menirunya?

Hanya ada satu jawaban untuk semua pertanyaan ini: Allah Yang Maha Besar, Tuhan semesta alam.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang mampu mempelajari tubuh manusia dengan lebih teliti. Kemampuan ini mengungkapkan derajat kecerdasan dan perencanaan yang digunakan dalam penciptaan tubuh manusia dan mengungkapkan kehebatan penciptaan Allah.

Bagi yang menolak keberadaan Allah, sebagaimana biasa, ada sebuah khayalan yang mereka gunakan sebagai naungan — waktu dan kebetulan.

Mereka ini hanya menerima kebetulan dan hasil kerja hukum alam sebagai asal-muasal rencana dan keindahan yang ditampilkan oleh makhluk hidup dan alam semesta secara keseluruhan. Namun, apa yang telah kita jelaskan di atas secara sepintas tentang ASI cukup untuk memperlihatkan betapa tanpa maknanya pernyataan tersebut.

Secara ilmiah, tak mungkin satu saja dari ribuan unsur berbeda dalam sistem ini, misalnya, payudara, kelenjar pituitari, seutas syaraf, atau sebuah sel di hipotalamus, atau bahkan sebuah hormon, dapat terbentuk lewat evolusi. Sangat penting bahwa setiap unsur dalam sistem ini, bersama dengan sistem-sistem pendukung yang dibutuhkan demi memastikan manusia bertahan hidup (misalnya, sistem peredaran dan pernapasan), terbentuk sekaligus dan di tempat unsur itu dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya yang khusus. Hanya satu penjelasan yang mungkin: sistem ini diciptakan oleh Allah.

Bukti lain penciptaan dalam keajaiban ASI adalah hormon oksitosin.

Sebelumnya, kami telah menjelaskan rancangan sempurna dalam produksi susu ibu. Tetapi, ada satu masalah: produksi susu oleh kelenjar susu saja belum cukup. Dengan kekuatannya sendiri, bayi tak dapat mengisap susu dari puting semudah minum dari botol; susu harus bergerak dari kelenjar susu ke puting. Jika tidak, sistem yang telah kami jelaskan sejauh ini tak akan berguna; susu ibu dari kelenjar susu tidak akan mencapai puting dan bayi yang baru lahir tak akan mendapatkan makanan apapun. Maka, bagaimana mungkin susu dapat mencapai puting dan bayi?

Manusia, yang tak terhitung jumlahnya sepanjang sejarah, yang telah disusui dengan ASI — termasuk diri kita —berutang budi pada hormon oksitosin.

Hormon ini memastikan terjadinya kerutan otot di sekitar saluran susu, menggerakkan susu dari kelenjar susu ke puting yang mudah dicapai oleh bayi saat disusui.

Baiklah. Bagaimanakah sel-sel yang menghasilkan hormon oksitosin mengetahui bahwa susu harus mencapai puting ibu sebelum dapat diisap, dan bahwa jika tidak demikian, bayi tak akan mendapat makanan? Bahkan seandainya mengetahui hal ini, bagaimana sel-sel itu mengetahui cara tepat untuk membuat sel-sel dalam saluran susu mengerut?

Inilah pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan oleh siapa pun yang ingin mengetahui lebih banyak kehebatan sistem ini. Kecerdasan sadar yang ditunjukkan oleh setiap sel di dalam tubuh manusia menjadi saksi ilmu abadi Allah Yang menciptakan segenap sel dari ketiadaan. Di dalam Al Qur’an, Allah mengungkapkan bahwa Dia Sendirilah yang memerintah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.


Dia mengatur urusan dari langit ke bumi… (QS As-Sajdah, 32: 5)


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)

sumber : Al-Quran ; Artikel Harun Yahya

Melatih Anak Memakai Baju Syar’i

Sejak Kapan Melatih Anak Memakai Baju Syar’i?

Kapan waktu yang tepat untuk mengenalkan baju syar’i pada anak? Pada dasarnya perkembangan zaman  memang  tidak  bisa kita hindari, perubahan tata cara hidup  dan budaya terus berubah setiap tahunnya. Beberapa mungkin terlihat berkembang dan membawa ke arah yang positif, namun tidak jarang juga hal itu justru berdampingan dengan banyak hal negatif.
Termasuk tata cara berpakaian, pengaruh budaya luar yang kian menyebar lewat berbagai media yang sudah mulai terjamah oleh anak-anak dibawah umur,  membuat para orang tua seringkali lupa bahwa anak-anak mudah meniru dari apa yang mereka lihat.
jilbab syariyah Melatih anak memakai baju syar’i
Jadi, ayo ayah, bunda mulai perkenalkan cara memakai baju syar’i kepada putri anda sekarang .

Hukum Orangtua Membiarkan Putrinya Berbusana Mini

Berikan Hijabku sejak kecil, Ayah

Fatwa Syaikh ‘Abdurrazaq ‘Afifi
Soal:
Jika seorang ibu memakaikan gaun (dress) yang mini pada anak perempuannya yang berusia 8 tahun, lalu sang ayah melihatnya namun tidak berkata apa-apa. Padahal sebenarnya dalam hatinya sang ayah tidak ridha dengan gaun mini tersebut, apakah sang ayah berdosa?
Jawab:
busana mini 300x300 Ketika Ayah Membiarkan Putrinya Berbusana MiniKedua orang tua tersebut berdosa. Seorang ayah adalah penanggung-jawab atas semua hal di rumah, termasuk juga bertanggung-jawab atas yang dilakukan istrinya dan apa yang ada di rumahnya. Sehingga ia juga berdosa. Wajib baginya untuk menasehati istrinya dan juga anak perempuannya.
Sang Ibu juga berdosa karena ia yang bertanggung jawab atas pengurusan anaknya dan penyusuan anaknya.
Dan mereka berdua dalam hal ini telah ta’awun ‘ala itsmi wal ‘udwan (saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan). Dan peran sang ayah dalam hal ini lebih besar dari sang ibu. Karena dia adalah pemimpin di rumahnya, baik terhadap istrinya maupun semua hal di rumahnya. Sedangkan peran ibu lebih sempit karena tugasnya adalah merawat anak-anak. Tugas seorang ibu adalah merawat anak-anaknya di rumah, baik anak yang perempuan maupun yang laki-laki. Maka cakupan tugas ibu lebih sempit dari sang ayah.
Intinya, dalam kasus ini mereka berdua berdosa karena telah ta’awun ‘ala itsmi wal ‘udwan (saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan), dan telah menjerumuskan anak perempuannya kepada keburukan sejak usianya masih kecil, dan ini adalah perkara yang terlarang.
Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/28244
Penerjemah: Yulian Purnama
Ditulis ulang dari Artikel http://Muslimah.Or.Id